“Menyembuhkan putus cinta memang tak mudah. Tapi pasti bisa kalau mau. Permulaannya adalah membenahi pola nalar, jangan hanyut dalam ilusi tentang cinta dan sosok yang diidamkan.”
Sangat bodoh kalau Anda rela menderita demi mengejar pengalaman hormonal yang sebetulnya pasti surut pada waktunya. Tak ada orang yang jatuh cinta selamanya, tak ada pula orang yang terus membara asmara di hatinya. Hormon cinta itu bisa muncul karena ada pemicu di pikiran, dan surut pada wakttunya. Buat apa Anda mempertaruhkan hidup yang sebenarnya punya tujuan agung demi perkara picisan yang sering dikhayalkan sebagai sesuatu yang agung. Apalagi jika ada yang mau bunuh diri gara-gara cinta ditolak atau putus cinta, atau mengurung diri mogok makan mogok kerja, sangat-sangatlah bodoh. Sudah jelas Anda hidup di Bumi ini untuk mengalami evolusi jiwa menuju sempurna, untuk meraih hidup surgawi. Kenapa pula Anda malah memilih menderita gara-gara Anda gagal meraih apa yang sebenarnya tak lebih dari khayalan receh di kepala Anda. Move on! Begitu bahasa populer yang sering disampaikan kepada orang-orang yang patah hati karena perkara cinta. Ya memang benar begitu. Bodoh jika Anda terjebak oleh peristiwa yang sudah terjadi dan telah berlalu, karena Anda punya pilihan untuk melangkah ke depan, memasuki hari baru dengan sukacita, dan membangun masa depan yang lebih gemilang.
“Jika Anda sudah bisa hening secara benar, tentu saja Anda tak akan hanyut dalam tragedi patah hati karena cinta.”
Hening membawa kita menikmati momen saat ini dan di sini, merasakan bahagia karena rasa syukur mendalam karena masih hidup dan bisa bernafas – apa pun yang terjadi, dan terhubung dengan sumber energi bahagia di relung hati. Maka kita tak akan terganggu emosinya oleh perkara receh maupun tak receh, kita menerima segala yang terjadi sebagai anugerah – minimal kita mengerti sebagai pembelajaran jiwa yang berharga. Hening membuat kita tak lagi memaksakan hasrat egoistik, tapi berpijak pada kenyataan dan menerima apa pun yang terjadi tanpa pemberontakan. Hening juga membuat kita mampu mengakses Kasih Murni Ilahi yang menyembuhkan segala luka batin dan menyirnakan penderitaan. Maka saya sebagai maestro asmara sekaligus pakar keheningan, bisa memberikan nasihat moderat: “Boleh saja Anda patah hati karena soal cinta, tapi maksimal 15 menit, setelah itu Anda harus kembali bersukacita dan bersemangat membangun hidup surgawi.” Sebenarnya, orang yang bisa hening secara benar, tak mungkin ditolak cintanya karena dia tahu orang yang dia taksir sebenarnya juga naksir dia atau tidak. Tak mungkin dia proklamasi cinta kepada orang yang tidak pasti menerimanya. Lebih dari itu, orang yang bisa hening secara benar, jika pun diputus hubungannya oleh pasangannya, dalam beberapa detik setelahnya, bisa tertawa terbahak-bahak menyaksikan kebodohan dirinya dan betapa lucunya kehidupan yang dibentuk oleh pikiran ilusif. Mereka yang telah bisa hening secara benar akan mengerti betapa hidup ini terlalu indah dan agung untuk dirusak oleh perkara hormonal yang absurd.