Membongkar Ilusi Kebahagiaan di Buku Tetap Bahagia

Siapa yang tidak pernah punya masalah? Rasanya tak ada manusia yang luput dari tantangan hidup. Bahkan mereka yang di media sosial terlihat bahagia dan seolah memiliki segalanya, sesungguhnya juga menyimpan duka, problematika, dan pergulatan batin yang tak kasatmata. Maka wajar jika kita bertanya-tanya, apakah bahagia itu nyata? Atau hanya utopia?

Buku Tetap Bahagia Meski Hidup Tidak Baik-Baik Saja: Art of Happiness Made in Indonesia” karya Setyo Hajar Dewantoro hadir menjawab kegelisahan itu. Judulnya memang panjang, namun setiap katanya memang mewakili isi buku: bahagia itu nyata dan mungkin diraih—bahkan di tengah hidup yang penuh dinamika dan ketidaksempurnaan.

Setyo Hajar Dewantoro (SHD)—guru meditasi, entrepreneur, sekaligus aktivis sosial politik—membuka buku dengan kisah hidup pribadinya yang tidak mudah. Ia lahir dari keluarga dengan keterbatasan, menghadapi badai rumah tangga, dililit kesulitan finansial, bahkan sempat berada dalam titik krisis eksistensial hingga akhirnya mendapatkan pencerahan spiritual. Namun, justru dari rentetan penderitaan itu ia menemukan makna baru: bahwa penderitaan bukan kutukan, melainkan anugerah yang membentuk ketangguhan mental.

Dengan gaya bahasa yang hangat dan jujur, penulis mengajak pembaca untuk berefleksi—menyelami ulang bagaimana cara kita berpikir, melihat masalah, dan memaknai hidup. Buku ini tidak hanya menawarkan pemahaman intelektual, tapi juga menghadirkan pengalaman spiritual yang membumi dan bisa dipraktikkan siapa saja.

Buku ini membahas berbagai tema yang sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari: soal uang dan kemiskinan, cinta dan patah hati, seksualitas dan kecabulan, pernikahan dan konflik rumah tangga, kedukaan karena kematian, hingga kehampaan dan pencarian makna hidup. Penulis membongkar ilusi-ilusi yang selama ini menjadi akar penderitaan kita—bahwa kaya pasti bahagia, cinta selalu indah, dan pernikahan menjamin kenyamanan. Oh, tidak demikian.

Soal uang, menurut penulis, kemiskinan dilihat sebagai fase pembelajaran jiwa yang bisa dilalui tanpa kehilangan martabat dan kebahagiaan, tapi juga tidak untuk dilestarikan. Buku ini memberi panduan agar setiap diri bisa mengubah nasib, bisa bertransformasi mencapai versi terbaik diri di semua aspek. Begitu juga sebaliknya, tentang kekayaan. Pandangan bahwa orang kaya pasti bahagia adalah pandangan yang ilusif. Kenyataannya, sangat jarang orang kaya yang bahagia. Banyak orang kaya yang menjadi stres karena merasa selalu berkejaran dengan biaya hidup dan keinginan yang terus meningkat.

Salah satu kekuatan buku ini adalah praktik yang ditawarkan begitu sederhana, namun mendalam: sikap penuh syukur, memandang hidup sebagai anugerah berharga dari Sang Sumber Hidup, menyadari napas natural sepanjang waktu. Laku seperti inilah yang akan membawa seseorang mampu menyirnakan pangkal derita dan membebaskan diri dari luka jiwa, sehingga menemukan bahagia yang bukan semata kesenangan sementara.

Buku ini bukan sekadar bacaan, tetapi sebuah panggilan—untuk membongkar pola nalar yang ilusif, memurnikan jiwa, dan menemukan kembali kebijaksanaan hidup yang autentik. Ia tidak menjanjikan transformasi ajaib dalam semalam, tetapi bagi mereka yang membacanya dengan hati terbuka, buku ini menjadi jembatan menuju kebahagiaan sejati—yang konsisten dan tak tergoyahkan, apa pun tantangan yang datang.

Kini, Anda berkesempatan untuk menyelami langsung gagasan dan energi dari buku ini bersama sang penulis.

Jangan lewatkan siaran acara Bedah BukuTetap Bahagia Meski Hidup Tidak Baik-Baik Saja: Art of Happiness Made in Indonesia bersama Setyo Hajar Dewantoro, yang berlangsung pada Minggu, 4 Mei 2025, pukul 10.00–12.00 WIB di Gramedia Solo Slamet Riyadi, di Youtube Persaudaraan Matahari

Temui langsung penulisnya, resapi pesan-pesan kebijaksanaan yang menguatkan, dan temukan langkah pertama untuk menjadi versi terbaik dari diri.
Karena bahagia itu bukan milik mereka yang hidupnya memiliki segalanya—tetapi milik mereka yang mau belajar melihat hidup dengan utuh dan jernih.

Event bedah buku ini juga merupakan rangkaian pre-event dari kegiatan Indonesia International Book Fair 2025 yang diselenggarakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Pameran buku yang sedianya akan berlangsung 24-28 September 2025, di Jakarta International Convention Center, ini akan menghadirkan ratusan penerbit, dari dalam dan luar negeri.

 

Sumber:

Membongkar Ilusi Kebahagiaan

 

 

 

Share:

You may also like